mami Moderator
Jumlah posting : 199 Join date : 10.01.11 Lokasi : Sarkem
| Subyek: Bukan Sekadar Cita Rasa Mi Sat Jan 29, 2011 3:35 am | |
| PERSENTUHAN budaya Tionghoa dan budaya Nusantara, bisa terjadi melalui jenis makanan tertentu. Salah satunya terdapat pada beragam menu olahan mi. Kebanyak orang di Pulau Jawa menyebut makanan berbahan dasar tepung terigu dan telur ini dengan istilah bakmi.
Kini hampir setiap daerah di Indonesia punya teknik sendiri dalam mengolah sumber karbohidrat dari Tiongkok ini. Bumbu-bumbu rempah lokal yang dipakai tentu punya peran penting. Sehingga cita rasa yang dihasilkan jauh berbeda dibanding mi ala Negeri Tirai Bambu.
Kurun waktu lima tahun terakhir di seputaran Kota Bandung, telah berkembang puluhan rumah makan yang menawarkan aneka olahan mi khas Jawa. Sajian yang dibanderol pada kisaran harga Rp 14.000 hingga Rp 22.000 per prosi ini dikenal sebagai bakmi yogya. Sebab makanan ini banyak dijajakan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di dalam menu bakmi yogya sendiri terdapat beberapa gaya atau aliran. Di antaranya bakmi gaya magelangan (dari Kota Magelang) yang banyak dicampur aneka sayuran segar dan gaya Gunungkidul. Namun di antara gaya-gaya tersebut tidak banyak terdapat perbedaan cita rasa.
Bakmi Jowo DU67 di Jalan Dipatiukur, satu di antara yang menawarkan bakmi resep asli Gunungkidul. Rumah makan berdekorasi khas Yogyakarta ini dirintis Murtiyoso pada September 2007, setelah setahun beliau pensiun sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Awalnya pria lulusan Teknik Mesin ITB ini memang hobi berpetualang rasa, menikmati makanan ke berbagai daerah. Termasuk mencari sajian bakmi Yogya dengan cita rasa khas bumbu tradisional.
Strategi menghadirkan bakmi Jawa di Kota Bandung, ternyata menjadi keputusan tepat. Sajian bakmi Jawa yang rasa gurih dan manis kecapnya cukup kuat, memiliki cita rasa eksotis. Sajian ini bahkan cukup digemari wisatawan Asia dan Eropa yang terbiasa menikmati aneka pasta.
"Bapak sengaja mendatangkan anglo dari Yogyakarta. Sebab salah satu kekhasan mi Jawa, dimasak menggunakan arang. Bumbu-bumbu yang dipakai merupakan bumbu tradisional, bukan bumbu instan buatan pabrik," kata Aryo Rubiyoso, pengelola Bakmi Jowo DU67, akhir pekan lalu.
Teknik memasak di bara api membuat bumbu-bumbu tradisional benar-benar masak dan meresap sempurna ke dalam mi. Aroma khas yang keluar, tentu saja tidak bisa ditemui bila memasak mi menggunakan kompor gas.
Konsumen pun harus bersabar, karena satu kali memasak di anglo seorang juru masak hanya bisa membuat sekitar dua porsi mi. Tapi yakinlah, penantian itu akan terbalas kepuasan menikmati citarasa khas mi yogya.
Untuk memperoleh cita rasa khas, Karso Semita bin Saiman (65) pemilik Mie Jogja Pak Karso di Jalan ABC, memilih meracik sendiri bumbu-bumbu mi. Termasuk membuat sendiri komposisi mi yang kenyal dan tanpa bahan pengawet kimia.
Sebelum membawar resep mi yogya racikannya ke Kota Bandung, pria kelahiran Solo inipun sudah bertahun-tahun menyajikan kelezatan mi buatannya di Jalan Pemuda, simpang Kawedanan, Muntilan, Yogyakarta.
Di seputaran Kota Bandung tentu masih ada beberapa tempat lagi yang menyajikan mi khas Yogya. Di antaranya Bakmi Jogja di Jalan Bengawan dan Bakmi Jogja Pak Roso di Jalan Palasari.
Di tempat-tempat itu petualang rasa bisa mendapati beberapa sajian khas seperti bakmi/bihun godhog, bakmi/bihun nyemek, bakmi/bihun goreng, nasi goreng, nasi goreng mawut, nasi godhog, serta capcay.[You must be registered and logged in to see this link.] | |
|